Rumah 'Kotoran Kerbau', Suku Sasak Ende
Rumah 'Kotoran Kerbau', Suku Sasak Ende
Tak berselang lama, salah satu dari bapak itupun turun berlahan dari gazebo dan menghampiri kami. Kulitnya sawo matang, rambutnya pendek lurus, dan ia memakai balutan sarung di paha. Nampak sekali kesan tradisional sasak pada bapak itu. “Mari mbak, saya antar keliling desa” Ujarnya pada kami. Kami diantar mengelilingi desa sasak tersebut. Desa sasak ende namanya, salah satu desa di Lombok tengah yang konon merupakan suku sasak tertua dan masih mempertahankan kekentalan budayanya.
Desa Sasak Ende |
Sayapun memperlebar langkah dan mendekati salah satu rumah adat tersebut. Ya, semakin mendekat. Dari luar, saya mengamati setiap detail pondasi rumah. Lantai tanpa ubin, hanya gundukan tanah saja. Atapnya hanya terbuat dari tumpukan jerami berwarna coklat yang mengering. Tinggi pintu masuk rumah hanya setinggi anak kecil umur tujuh tahun, pendek sekali. Bahkan jarak atap dengan lantai sangat dekat. Rumah yang begitu ethnic!.
Bau Kotoran Kerbau
Semakin mendekat ke rumah sasak tersebut, semakin saya mencium bau yang begitu aneh. Menyengat. Agak busuk. Bak kotoran hewan. Saya menoleh kanan-kiri. Saya mendapati beberapa kandang kerbau. “Baiklah, mungkin baunya dari kandang kerbau itu kali ya” Gumamku dalam hati. “Eh tapi, ini kan berasal dari rumah ini” Lagi, sahut suara dalam pikiranku. Keingin tahuanku semakin menjadi. Seperti banyak tanda tanya bertebangan kekanan kekiri. “Pak, ini kok baunya seperti bau kotoran ya?” Tanyaku semangat pada bapak tour guide. Iapun menjelaskan bahwa bau tersebut berasal dari lantai rumah, yang ternyata bahan bakunya terbuat dari kotoran kerbau, bukan gundukan tanah belaka. Saya terheran. Kaku. Seperti tidak percaya. “Kok bisa sih pak?” Tanyaku ingin tahu. Sembari menunjuk setiap bagian rumah adat sasak tersebut, ia juga menjelaskan bagian rumah serinci-rincinya.
Rumah Sasak Ende |
Bangunan Rumah Suku Sasak Ende
Saya dipersilahkan masuk. Saya khawatir. Lantainya terlihat rapuh, pecah-pecah. Bangunannya pun terlihat tidak kokoh. Meragukan. Saya memberanikan diri untuk masuk kedalam rumah adat tersebut. Atapnya rendah, saya harus berjalan membungkuk. Pun dengan pintunya, begitu pendek. Lagi-lagi, saya harus membungkuk.
Perabotan Rumah Sasak Ende |
Disponsori oleh Pesona Vitalis
0 komentar: