Rumah 'Kotoran Kerbau', Suku Sasak Ende

00:07:00 octbela 0 Comments


Rumah 'Kotoran Kerbau', Suku Sasak Ende

Matahari begitu terik. Didepan gapura pintu masuk, telihat bapak-bapak yang sedang duduk bercengkrama diatas gazebo berukuran empat kali empat meter. Suaranya sangat bising sekali, saling sahut-sahutan. Kamipun turun dari mobil. Seketika itu, mereka melihat kearah kami dengan beberapa senyum simpul diwajah.

Tak berselang lama, salah satu dari bapak itupun turun berlahan dari gazebo dan menghampiri kami. Kulitnya sawo matang, rambutnya pendek lurus, dan ia memakai balutan sarung di paha. Nampak sekali kesan tradisional sasak pada bapak itu. “Mari mbak, saya antar keliling desa” Ujarnya pada kami. Kami diantar mengelilingi desa sasak tersebut. Desa sasak ende namanya, salah satu desa di Lombok tengah yang konon merupakan suku sasak tertua dan masih mempertahankan kekentalan budayanya.

Rumah Kotoran Kerbau, Suku Sasak Ende
Desa Sasak Ende
Memasuki daerah desa tersebut. Telihat beberapa rumah adat sasak yang berjajar rapi. Beberapa kandang kerbau dengan aroma khasnya. Jalanan setapak tanpa paving. Pun dengan semak belukar dan pepohonan yang mengeliling desa tersebut. Bak kembali ke masa lampau. Sungguh sangat jauh dari kata modern.

Sayapun memperlebar langkah dan mendekati salah satu rumah adat tersebut. Ya, semakin mendekat. Dari luar, saya mengamati setiap detail pondasi rumah. Lantai tanpa ubin, hanya gundukan tanah saja. Atapnya hanya terbuat dari tumpukan jerami berwarna coklat yang mengering. Tinggi pintu masuk rumah hanya setinggi anak kecil umur tujuh tahun, pendek sekali. Bahkan jarak atap dengan lantai sangat dekat. Rumah yang begitu ethnic!.

Bau Kotoran Kerbau

Semakin mendekat ke rumah sasak tersebut, semakin saya mencium bau yang begitu aneh. Menyengat. Agak busuk. Bak kotoran hewan. Saya menoleh kanan-kiri. Saya mendapati beberapa kandang kerbau. “Baiklah, mungkin baunya dari kandang kerbau itu kali ya” Gumamku dalam hati. “Eh tapi, ini kan berasal dari rumah ini” Lagi, sahut suara dalam pikiranku. Keingin tahuanku semakin menjadi. Seperti banyak tanda tanya bertebangan kekanan kekiri. “Pak, ini kok baunya seperti bau kotoran ya?” Tanyaku semangat pada bapak tour guide. Iapun menjelaskan bahwa bau tersebut berasal dari lantai rumah, yang ternyata bahan bakunya terbuat dari kotoran kerbau, bukan gundukan tanah belaka. Saya terheran. Kaku. Seperti tidak percaya. “Kok bisa sih pak?” Tanyaku ingin tahu. Sembari menunjuk setiap bagian rumah adat sasak tersebut, ia juga menjelaskan bagian rumah serinci-rincinya.

Rumah Kotoran Kerbau, Suku Sasak Ende
Rumah Sasak Ende
Sebut saja rumah ‘Kotoran Kerbau’. Bukan karena rumah adat tersebut dihuni oleh sekelompok kerbau. Bukan pula, rumah yang digunakan untuk penampungan kotoran kerbau. Bukan. Rumah adat tersebut begitu ethnic, tradisional dan luar biasa. Saya menyebut rumah ‘Kotoran Kerbau’, karena salah satu bahan baku untuk membuat rumah tersebut berasal dari kotoran kerbau. Ya, Lantainya berasal dari kotoran kerbau. “Apa tidak bau? Atau jijik gitu?”. Mungkin bagi penduduk desa sasak ende, hal itu merupakan hal yang lumrah.  Bahkan setiap pondasi yang dibangun konon memiliki filosofi masing-masing. Tapi sayang sekali, saya lupa detailnya.

Bangunan Rumah Suku Sasak Ende

Saya dipersilahkan masuk. Saya khawatir. Lantainya terlihat rapuh, pecah-pecah. Bangunannya pun terlihat tidak kokoh. Meragukan. Saya memberanikan diri untuk masuk kedalam rumah adat tersebut. Atapnya rendah, saya harus berjalan membungkuk. Pun dengan pintunya, begitu pendek. Lagi-lagi, saya harus membungkuk.

Rumah Kotoran Kerbau, Suku Sasak Ende
Perabotan Rumah Sasak Ende
Sesampainya didalam rumah. Saya kembali terheran-heran. Atapnya banyak celah lubang. Lantainya murni dari kotoran kerbau. Hanya ada satu lemari, mukena juga sarung yang tergantung rapi, dan beberapa perabotan rumah sederhana saja. Tanpa kamar mandi ataupun tempat tidur yang nyaman untuk disinggahi. Semuanya serba sederhana. Pandangan saya beralih ke tembok-tembok rumah yang hanya terbuat dari anyaman bambu saja. Lagi-lagi banyak lubang-lubang. “Bagaimana jika ada orang luar yang mengintip ya? Kan banyak bolong-bolongan” tanyaku heran dalam hati. Lagi, setiap pondasi rumah suku sasak ende yang dibangun, setiap detailnya memiliki filososi. Saya beranjak keluar dari rumah. Dan berjalan membungkuk berlahan.

Disponsori oleh Pesona Vitalis

You Might Also Like

0 komentar: