Catatan Perjalanan Pendakian ke Gunung Ijen Banyuwangi

22:57:00 octbela 0 Comments


Catatan Perjalanan Pendakian ke Gunung Ijen Banyuwangi

Catatan Perjalanan Pendakian ke Gunung Ijen Banyuwangi
Tim Pendakian
Pendakian ke Kawah Ijen. Catatan Perjalanan Pendakian ke Gunung / Kawah Ijen Banyuwangi. Setiap orang mempunyai ego yang melekat dalam diri masing-masing dan mungkin banyak dari mereka yang tak ingin egonya dikalahkan, begitupula dengan ku. Aku, seseorang yang tak mau mengalah dan tak mau dikalahkan. Aku, seseorang yang tak tahu arti sebuah perjuang dan persahabatan, namun bersamamu kini aku mengerti tentang segalanya, apa itu persahabatan dan apa itu ego.
Sekarang akanku ajak kalian menyelam dan ikut bersama cerita sahdu perjalananku yang bermuara hingga aku mengerti tentang segalanya. Berawal dari obrolan singkat hingga berujung ke sebuah petualangan yang menakjubkan.

Perjalanan Menuju Banyuwangi

Dan petualangan itu dimulai, tepatnya pada pukul 22.30 WIB tanggal 31 mei 2015, kami mengawali perjalanan menuju Banyuwangi dengan beranggotakan 12 orang termasuk saya, perjalanan ke Banyuwangi ini tidak kami tempuh menggunakan mobil ataupun kereta api namun kami ingin mencoba adrenalin baru dengan menggunakan sepeda motor, sebelum keberangkatan sepeda motor yang akan kami gunakan untuk melakukan perjalanan ke Banyuwangi, terlebih dahulu kami serviskan mengingat pentingnya safety dalam berkendara, apalagi berkendara jauh seperti ini. Dari Surabaya ke Banyuwangi jaraknya adalah 291 km yang bisa kami tempuh selama kurang lebih 8 jam via jalur pantura, namun perjalanan yang kami lakukan tidak semudah yang kami bayangkan, saat diperjalanan kami menemui beberapa kendala antara lain: ban bocor, kendaraan terpleset dan masih banyak lagi, sekali lagi safety sangatlah penting, oleh karena itu saat berkendara kita harus tahu medan dan selalu berhati-hati. Sedikit cerita saat salah satu ban motor teman kami mengalami kebocoran di daerah Paiton, dan di daerah sana keadaannya sangat sepi sekali bahkan hampir mustahil ada tukang tambal ban disana, mengingat juga jam yang sudah menunjukkan pukul 00.30 WIB, namun apa yang terjadi sangatlah menakjubkan, tak perlu berpikir lama teman kami yang lelaki segera ambil tindakan yaitu mereka berpencar 2 orang kearah barat dan 2 orang lagi kearah timur untuk mencari tambal ban terdekat, setelah kami menunggu sekitar setengah jam akhirnya teman kami yang sedang mencari tempat tambal ban kembali dengan kabar yang menggerbirakan, ternyata ada salah satu tempat tambal ban yang masih buka, tanpa menunggu lama seketika itu kami langsung bergegas menuju tempat tambal ban, dari tempat berhenti kami menuju ke tempat tambal ban kira-kira sekitar 2 KM dan tidak mungkin hanya satu orang yang berjalan dan mendorong motor itu sendirian, dan sekali lagi hal yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya terjadi, mereka bergantian bahu membahu mendorong motor yang mengalami ban bocor tersebut. Dan disini aku mengerti:
“Hidup itu tak melulu tentang ego, tapi tentang seberapa manfaat kita bagi yang lain”
Setelah sekitar 1 jam teman lelaki kami (wanita tidak diijinkan) mendorong sepeda motor tesebut, akhirnya sampai di tempat tambal ban. Saat di tempat tambal ban kami menggunakan waktu menunggu kami untuk beristirahat sejenak, dan satu jam pun berlalu, akhirnya ban motor sudah di tambal dan siap diajak untuk melakukan petualangan lagi.

Sampai di Banyuwangi

Setelah 8 jam perjalanan, sampailah kita di kota Banyuwangi yang sering disebut-sebut dengan sunrise of java yang artinya matahari tebit dari jawa. Well benar sekali sebutan tersebut, segala tempat indah berada di Banyuwangi.
“Banyuwangi menurutku bak surga yang tersembunyi”
Sesampainya di Banyuwangi kami berkunjung ke Taman Nasional Baluran terlebih dahulu, karena kami sudah merencanakan akan melakukan pendakian pada malam hari .

Catatan Perjalanan Pendakian ke Gunung Ijen Banyuwangi
Taman Nasional Baluran
Di Taman Nasional Baluran ini kami menghabiskan waktu sekitar 8 jam dari jam 09.00 WIB sampai 16.00 WIB, setelah kami keluar dari kawasan Taman Nasional Baluran, kami menuju masjid untuk sholat jama’ dhuhur ashar dan bersih-bersih diri, sembari menunggu adzan magrib kami serombongan beristirahat sejenak sambil makan persediaan nasi dan snack yang telah dibawa, setelah semuanya selesai, kami melanjutkan perjalanan kami setelah menjalankan sholat isya’.

Perjalanan Menuju Gunung Ijen

Perjalanan menuju ke Gunung Ijen pun dimulai, perjalanan dimulai tepat pada pukul 21.00 WIB, tanggal 01 Mei 2015. Saat diperjalanan menuju Gunung Ijen, kami berhenti sejenak untuk mengisi persediaan bensin kami agar nantinya tidak kekurangan saat di perjalanan yang tentunya minim penjual bensin karena akan jarang sekali kita jumpai penjual bensi eceran apalagi pom bensin di jalanan menuju ke Gunung Ijen, harus selalu diingat kalau perjalanan jauh seperti ini, bensin harus selalu terisi penuh. Selama perjalanan saya sangat menikmati sekali panorama Banyuwangi saat malam serta saya dapat menikmati semilir angin pantai yang menyejukkan. Well, setelah melakukan perjalanan selama 1 jam, akhirnya kami meninggalkan kebisingan kota Banyuwangi dan tibalah kita disebuah pertigaan jalan desa yang sepi, hanya terlihat 1,2 orang dan anjing yang berlalu lalang, mulailah gelisah yang tak karuan menghampiri kami, karena satu-satunya ponsel yang bisa digunakan untuk navigasi baterainya habis, kami seakan kehilangan arah, untungnya ada segerombolan pemuda yang sedang ngeronda di pos ronda, kamipun bertanya kepada mereka arah ke Gunung Ijen, dan salah satu pemuda tersebut menjelaskan panjang lebar  serta memberi tahu kami untuk berhati-hati, bahwa perjalanan menuju Gunung Ijen sering terjadi tindak kriminal seperti begal, setelah dijelaskan oleh pemuda tersebut akhirnya kami berpamitan dan melanjutkan perjalanan menuju Gunung Ijen, disini kami sangat berhati-hati, antara motor satu dengan motor anggota yang lain tidak boleh berpisah terlalu jauh, harus selalu berdekatan. Tidak lama kemudian kita memasuki sebuah kawasan hutan yang dimana di kawasan hutan tersebut tidak ada penerangan sama sekali, disitu adrenalinku tertantang, pikiranku melayang dan hatiku tak karuan, takut terjadi inilah itulah. Saya belum pernah merasakan atmosfer seperti ini, di kawasan hutan menuju Gunung Ijen jalannya tidak semulus dan selurus jalan biasanya, jalan disini sangat terjal, berkabut dan berkelok-kelok, sehingga saya harus turun dari motor dan berjalan jika ada jalan yang medannya sangat terjal menanjak karena motor yang saya tumpangi tidak kuat menerjang medan jalanan menuju Gunung Ijen, apakah saya takut saat berjalan di tengah-tengah hutan yang gelap gulita tanpa cahaya? Jujur, saya sangat takut sekali meskipun saya berjalan dengan beberapa teman saya, setelah sekitar 2 jam melewati kawasan hutan yang menurut saya menyeramkan tersebut, akhirnya saya tiba di area perkemahan Gunung Ijen. Saran saya, bawa senter sebanyak-banyaknya, masker sebanyak-banyaknya dan oksigen paling penting dibawa, karena senter sangat berfungsi sekali saat berada di kawasan hutan yang minim penerangan, masker berfungsi sekali agar tidak kemasukan bau belerang yang turun dan oksigen sangat berfungsi jika nafas sudah tersenggal-senggal saat harus jalan di penanjakan jalan menuju ke gunung ijen.
Catatan Perjalanan Pendakian ke Gunung Ijen Banyuwangi
Pendirian Tenda di Parkiran Gunung Ijen
Sesampainya di area pendirian tenda Gunung Ijen, disini kami sudah merasakan atmosfer yang berbeda, udaranya semakin dingin dan menusuk di setiap ruas tulang belulang yang mengharuskan saya mengenakan 2 jaket sekaligus, bukan berlebihan namun ini tentang safety, safety adalah nomer satu, takutnya saya terkena apa-apa dan merepotkan teman saya. Tanpa menunggu lama, kami langsung menuju ke tempat parkir dan segera mendirikan tenda di dekat parkiran tersebut, setelah sekitar 3 menit mendirikan tenda akhir kami bisa menempati tenda tersebut, tenda yang kami bawa hanya 1 sehingga yang menempati tenda tersebut adalah saya dan 3 teman perempuan saya, untuk temen laki-laki saya tidur diluar dengan tikar yang sudah dibawa.

Istirahat dulu
Setelah semuanya siap untuk di tempati, kami langsung beristirahat alias tidur untuk mengistirahatkan badan. Kami sampai di area pendirian tenda Gunung ijen ini sekitar pukul 24.00 WIB sedangkan jalur pendakian baru dibuka pada jam 03.00 WIB, sehingga waktu menunggu tersebut kami gunakan untuk tidur, lumayan kami bisa tidur 3 jam, dan 3 jampun berlalu begitu cepat. Saat kami terbangun, tiket sudah didapatkan, ternyata saat kami tertidur, ada salah satu teman anggota kami yang sudah membelikan tiket untuk kami. Untuk tiket masuk pendakian, kami harus membayar 7.500/orang, kemudian langsung kami menyiapkan segala perlengkapan untuk pendakian seperti jaket, mantel, 2 masker, oksigen, sarung tangan, dan tak lupa selalu menyiapkan sandal gunung, tanpa menunggu lama pendakianpun dimulai.

Pendakian ke Gunung Ijen

Pendakian dimulai tepat pada pukul 03.00 WIB, tanggal 02 Mei 2015. Saat pendakian di Gunung ijen, kami seanggota berjalan bersamaan, jika ada anggota kami yang tertinggal, kami selalu menunggu anggota tersebut. Namun sesuatu yang tidak kami bayangkan terjadi, saat itu jalur pendakian di Gunung Ijen seperti lautan manusia, penuh sesak, dan bak jalan sehat di Gunung yang nantinya door pricenya adalah kaldera seluas 5.466 Hektar dan bluefire. Well, apa yang saya katakan benar adanya, mungkin dikarenakan saat itu tanggal merah sehingga orang-orang berbondong-bondong untuk pergi ke Gunung Ijen. Keadaan yang super sesak tersebut menjadikan saya dan salah satu teman saya hampir terpisah dengan rombongan, namun Alhamdulillah, rombongan kami sudah mempunyai komitmen dari awal, bahwa :
“Pergi satu, pergi semua dan pulang satu, pulang semua”
Sehingga saya tidak takut sama sekali, dan ternyata benar rombongan kami menunggu kami. Sekali lagi ditempat ini, saya belajar tentang arti sebuah persahabatan, ego dan perjuangan.
Setelah melakukan pendakian sekitar 2 jam-an, kami tiba di sebuah tempat dimana terdapat banyak sekali orang bergerombol yang seakan menunggu sesuatu, tapi entah kami kurang tahu apa yang sedang mereka tunggu. Kamipun mendekati sekerumunan orang tersebut dan bertanya : “Permisi mas, kami sudah berjalan selama 2 jam,  dan dimana kawah ijennya ya? Mas sedang apa disini?”, ternyata jawabannya mengejutkan, dataran yang terlihat aneh tersebut adalah kaldera yang masih tertutup oleh kabut malam, langsung setelah itu kami mendekati sebuah pagar batasan bagi para pendaki Gunung Ijen, disana saya mendapati sebuah plakat instruksi yang bertuliskan:
Visitors are prohibited going down on crater dangerous
Yang dimana, maksud tulisan itu adalah bahwa pengunjung/pendaki dilarang turun mendekati kawah dikarenakan bahaya, melihat terdapat tulisan tersebut saya mengurungkan niat saya untuk turun kebawah, mengingat saya juga berada di tanah orang dan harus mentaati segala peraturan disana, toh itupun demi kebaikan, safety first.

Menunggu Kawah Ijen Nampak
Setelah menunggu sambil duduk-duduk manis, akhirnya sang fajar menampakkan sisi rupawannya, sinarnya yang menerangi setiap sudut kawah menambah sahdu suasana saat itu dan berlahan-lahan kaldera dengan suasana birunya memperlihatkan keelokannya, Subhanaallah indah sekali, saya seperti terhanyut dalam suasana romantika ijen bersama teman-teman saya. 

Panorama Kawah Ijen
Setelah menikmati segala panorama kawah ijen, tak lupa juga saya dan teman-teman mengabadikan momen yang sungguh menakjubkan tersebut.

Mengabadikan Momen di Gunung Ijen
Tidak terlalu lama kami diatas puncak, karena semakin lama bau belerang akan semakin menyengat dan tentu itu tidak baik untuk pernafasan, dan akhirnya kami turun dari puncak tepat pukul 07.00 WIB, tanggal 02 mei 2015.
Selama perjalanan turun, tak habis panorama yang Gunung Ijen suguhkan kepada kami serombongan. Kini hamparan pegunungan, hutan rimbun dan daun-daun bertebaranpun ikut serta dalam perjalanan turun kami, Subhanallah.

Catatan Perjalanan Pendakian ke Gunung Ijen Banyuwangi
Panorama di Gunung Ijen
Selain itu saat perjalanan turung dari Gunung, saya melihat beberapa bapak-bapak penambang belerang, beliau-beliau itu ramah sekali, tak mau kehilangan kesempatan berharga sayapun sedikit bertanya-tanya dengan salah satu bapak penambang belerang tersebut, kata beliau bahwa biasanya beliau naik-turun gunung biasanya 2-3 kali kali sehari dengan memikul beban sekitar 70 kg sampai 90 kg. Saya tidak bisa membayangkan betapa capeknya bapak tersebut, saya saja yang naik turun 1 kali tanpa membawa apapun sudah capek gak karuan apalagi dengan bapak tersebut, Subhanallah semangat pak!!!, semoga segala perjuangan yang bapak lakukan barokah dunia akhirat, aamiin. Setelah bertanya ke bapak penambang belerang tersebut, sayapun berpamitan dan melanjutkan perjalanan turun kembali. Tak terasa sudah 2 jam perjalanan, akhirnya saya dan rombongan sayapun sampai di tenda, waktu itu menunjukkan sudah agak siang yaitu jam 09.00 WIB, kamipun bersih-bersih badan. Setelah itu, kami beristirahat sekitar 2 jam sambil tiduran, supaya nanti tidak ngantuk saat perjalanan. Setelah beristirahat, kami langsung mengemasi barang-barang kami dan tak lupa memunguti sampah kami dan sampah yang berada di sekitar kami. Alam seindah itu sangat sayang jika kita rusak dan kita kotori, jadi buanglah sampah ditempatnya, dan juga bawalah sampah anda ketika turun.
Well, tak terasa, perjalanan saya dan teman-teman saya di Banyuwangi selesai, saat pulang kami lewat jalur yang sama seperti saat berangkat, kamipun sampai di Surabaya pada pukul 24.00 WIB, kenapa lama sekali perjalanannya? Karena saat pulang kami sering sekali berhenti untuk beristirahat, kalau dipaksa tetap jalan dengan keadaan yang tidak memungkinkan, ditakutkan terjadi apa-apa yang tidak diingin.

Istirahat Sebelum Pulang ke Surabaya
Terima kasih Ijen, terima kasih teman-temanku, bersamamu aku mengerti tentang arti persahabatan dan pengalahan ego. Bagaimana Catatan Perjalanan Pendakian ke Gunung / Kawah Ijen Banyuwangi kalian?


You Might Also Like

0 komentar: