Catatan Perjalanan Pendakian ke Gunung Ijen Banyuwangi
Catatan Perjalanan Pendakian ke Gunung Ijen Banyuwangi
Tim Pendakian |
Sekarang
akanku ajak kalian menyelam dan ikut bersama cerita sahdu perjalananku yang
bermuara hingga aku mengerti tentang segalanya. Berawal dari obrolan singkat
hingga berujung ke sebuah petualangan yang menakjubkan.
Perjalanan Menuju Banyuwangi
Dan
petualangan itu dimulai, tepatnya pada pukul 22.30 WIB tanggal 31 mei 2015,
kami mengawali perjalanan menuju Banyuwangi dengan beranggotakan 12 orang
termasuk saya, perjalanan ke Banyuwangi ini tidak kami tempuh menggunakan mobil
ataupun kereta api namun kami ingin mencoba adrenalin baru dengan menggunakan
sepeda motor, sebelum keberangkatan sepeda motor yang akan kami gunakan untuk
melakukan perjalanan ke Banyuwangi, terlebih dahulu kami serviskan mengingat
pentingnya safety dalam berkendara,
apalagi berkendara jauh seperti ini. Dari Surabaya ke Banyuwangi jaraknya
adalah 291 km yang bisa kami tempuh selama kurang
lebih 8 jam via jalur pantura, namun perjalanan yang kami lakukan tidak semudah
yang kami bayangkan, saat diperjalanan kami menemui beberapa kendala antara
lain: ban bocor, kendaraan terpleset dan masih banyak lagi, sekali lagi safety sangatlah penting, oleh karena
itu saat berkendara kita harus tahu medan dan selalu berhati-hati. Sedikit
cerita saat salah satu ban motor teman kami mengalami kebocoran di daerah
Paiton, dan di daerah sana keadaannya sangat sepi sekali bahkan hampir mustahil
ada tukang tambal ban disana, mengingat juga jam yang sudah menunjukkan pukul
00.30 WIB, namun apa yang terjadi sangatlah menakjubkan, tak perlu berpikir
lama teman kami yang lelaki segera ambil tindakan yaitu mereka berpencar 2
orang kearah barat dan 2 orang lagi kearah timur untuk mencari tambal ban
terdekat, setelah kami menunggu sekitar setengah jam akhirnya teman kami yang
sedang mencari tempat tambal ban kembali dengan kabar yang menggerbirakan,
ternyata ada salah satu tempat tambal ban yang masih buka, tanpa menunggu lama
seketika itu kami langsung bergegas menuju tempat tambal ban, dari tempat
berhenti kami menuju ke tempat tambal ban kira-kira sekitar 2 KM dan tidak
mungkin hanya satu orang yang berjalan dan mendorong motor itu sendirian, dan
sekali lagi hal yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya terjadi, mereka
bergantian bahu membahu mendorong motor yang mengalami ban bocor tersebut. Dan
disini aku mengerti:
“Hidup itu tak melulu tentang ego, tapi tentang seberapa manfaat kita bagi yang lain”
Setelah
sekitar 1 jam teman lelaki kami (wanita tidak diijinkan) mendorong sepeda motor
tesebut, akhirnya sampai di tempat tambal ban. Saat di tempat tambal ban kami
menggunakan waktu menunggu kami untuk beristirahat sejenak, dan satu jam pun
berlalu, akhirnya ban motor sudah di tambal dan siap diajak untuk melakukan
petualangan lagi.
Sampai di Banyuwangi
Setelah
8 jam perjalanan, sampailah kita di kota Banyuwangi yang sering disebut-sebut
dengan sunrise of java yang artinya matahari tebit dari jawa. Well
benar sekali sebutan tersebut, segala tempat indah berada di Banyuwangi.
“Banyuwangi menurutku bak surga yang tersembunyi”
Sesampainya
di Banyuwangi kami berkunjung ke Taman Nasional Baluran terlebih dahulu, karena
kami sudah merencanakan akan melakukan pendakian pada malam hari .
Di Taman
Nasional Baluran ini kami menghabiskan waktu sekitar 8 jam dari jam 09.00 WIB
sampai 16.00 WIB, setelah kami keluar dari kawasan Taman Nasional Baluran, kami
menuju masjid untuk sholat jama’ dhuhur ashar dan bersih-bersih diri, sembari
menunggu adzan magrib kami serombongan beristirahat sejenak sambil makan
persediaan nasi dan snack yang telah dibawa, setelah semuanya selesai, kami
melanjutkan perjalanan kami setelah menjalankan sholat isya’.
Taman Nasional Baluran |
Perjalanan Menuju Gunung Ijen
Perjalanan
menuju ke Gunung Ijen pun dimulai, perjalanan dimulai tepat pada pukul 21.00
WIB, tanggal 01 Mei 2015. Saat diperjalanan menuju Gunung Ijen, kami berhenti
sejenak untuk mengisi persediaan bensin kami agar nantinya tidak kekurangan
saat di perjalanan yang tentunya minim penjual bensin karena akan jarang sekali
kita jumpai penjual bensi eceran apalagi pom bensin di jalanan menuju ke Gunung
Ijen, harus selalu diingat kalau perjalanan jauh seperti ini, bensin harus
selalu terisi penuh. Selama perjalanan saya sangat menikmati sekali panorama
Banyuwangi saat malam serta saya dapat menikmati semilir angin pantai yang
menyejukkan. Well, setelah melakukan perjalanan selama 1 jam, akhirnya kami
meninggalkan kebisingan kota Banyuwangi dan tibalah kita disebuah pertigaan
jalan desa yang sepi, hanya terlihat 1,2 orang dan anjing yang berlalu lalang,
mulailah gelisah yang tak karuan menghampiri kami, karena satu-satunya ponsel
yang bisa digunakan untuk navigasi baterainya habis, kami seakan kehilangan
arah, untungnya ada segerombolan pemuda yang sedang ngeronda di pos ronda,
kamipun bertanya kepada mereka arah ke Gunung Ijen, dan salah satu pemuda
tersebut menjelaskan panjang lebar serta
memberi tahu kami untuk berhati-hati, bahwa perjalanan menuju Gunung Ijen
sering terjadi tindak kriminal seperti begal, setelah dijelaskan oleh pemuda
tersebut akhirnya kami berpamitan dan melanjutkan perjalanan menuju Gunung
Ijen, disini kami sangat berhati-hati, antara motor satu dengan motor anggota yang
lain tidak boleh berpisah terlalu jauh, harus selalu berdekatan. Tidak lama
kemudian kita memasuki sebuah kawasan hutan yang dimana di kawasan hutan
tersebut tidak ada penerangan sama sekali, disitu adrenalinku tertantang,
pikiranku melayang dan hatiku tak karuan, takut terjadi inilah itulah. Saya
belum pernah merasakan atmosfer seperti ini, di kawasan hutan menuju Gunung
Ijen jalannya tidak semulus dan selurus jalan biasanya, jalan disini sangat
terjal, berkabut dan berkelok-kelok, sehingga saya harus turun dari motor dan
berjalan jika ada jalan yang medannya sangat terjal menanjak karena motor yang
saya tumpangi tidak kuat menerjang medan jalanan menuju Gunung Ijen, apakah
saya takut saat berjalan di tengah-tengah hutan yang gelap gulita tanpa cahaya?
Jujur, saya sangat takut sekali meskipun saya berjalan dengan beberapa teman
saya, setelah sekitar 2 jam melewati kawasan hutan yang menurut saya
menyeramkan tersebut, akhirnya saya tiba di area perkemahan Gunung Ijen. Saran
saya, bawa senter sebanyak-banyaknya, masker sebanyak-banyaknya dan oksigen
paling penting dibawa, karena senter sangat berfungsi sekali saat berada di
kawasan hutan yang minim penerangan, masker berfungsi sekali agar tidak
kemasukan bau belerang yang turun dan oksigen sangat berfungsi jika nafas sudah
tersenggal-senggal saat harus jalan di penanjakan jalan menuju ke gunung ijen.
Pendirian Tenda di Parkiran Gunung Ijen |
Sesampainya
di area pendirian tenda Gunung Ijen, disini kami sudah merasakan atmosfer yang
berbeda, udaranya semakin dingin dan menusuk di setiap ruas tulang belulang
yang mengharuskan saya mengenakan 2 jaket sekaligus, bukan berlebihan namun ini
tentang safety, safety adalah nomer satu, takutnya saya terkena apa-apa dan
merepotkan teman saya. Tanpa menunggu lama, kami langsung menuju ke tempat
parkir dan segera mendirikan tenda di dekat parkiran tersebut, setelah sekitar
3 menit mendirikan tenda akhir kami bisa menempati tenda tersebut, tenda yang
kami bawa hanya 1 sehingga yang menempati tenda tersebut adalah saya dan 3
teman perempuan saya, untuk temen laki-laki saya tidur diluar dengan tikar yang
sudah dibawa.
Istirahat dulu |
Setelah
semuanya siap untuk di tempati, kami langsung beristirahat alias tidur untuk
mengistirahatkan badan. Kami sampai di area pendirian tenda Gunung ijen ini
sekitar pukul 24.00 WIB sedangkan jalur pendakian baru dibuka pada jam 03.00
WIB, sehingga waktu menunggu tersebut kami gunakan untuk tidur, lumayan kami
bisa tidur 3 jam, dan 3 jampun berlalu begitu cepat. Saat kami terbangun, tiket
sudah didapatkan, ternyata saat kami tertidur, ada salah satu teman anggota
kami yang sudah membelikan tiket untuk kami. Untuk tiket masuk pendakian, kami
harus membayar 7.500/orang, kemudian langsung kami menyiapkan segala
perlengkapan untuk pendakian seperti jaket, mantel, 2 masker, oksigen, sarung
tangan, dan tak lupa selalu menyiapkan sandal gunung, tanpa menunggu lama
pendakianpun dimulai.
Pendakian ke Gunung Ijen
Pendakian
dimulai tepat pada pukul 03.00 WIB, tanggal 02 Mei 2015. Saat pendakian di
Gunung ijen, kami seanggota berjalan bersamaan, jika ada anggota kami yang
tertinggal, kami selalu menunggu anggota tersebut. Namun sesuatu yang tidak
kami bayangkan terjadi, saat itu jalur pendakian di Gunung Ijen seperti lautan
manusia, penuh sesak, dan bak jalan sehat di Gunung yang nantinya door pricenya adalah kaldera seluas 5.466 Hektar dan bluefire. Well, apa yang saya katakan benar adanya, mungkin
dikarenakan saat itu tanggal merah sehingga orang-orang berbondong-bondong
untuk pergi ke Gunung Ijen. Keadaan yang super sesak tersebut menjadikan saya
dan salah satu teman saya hampir terpisah dengan rombongan, namun
Alhamdulillah, rombongan kami sudah mempunyai komitmen dari awal, bahwa :
“Pergi satu, pergi semua dan pulang satu, pulang semua”
Sehingga
saya tidak takut sama sekali, dan ternyata benar rombongan kami menunggu kami.
Sekali lagi ditempat ini, saya belajar tentang arti sebuah persahabatan, ego
dan perjuangan.
Setelah
melakukan pendakian sekitar 2 jam-an, kami tiba di sebuah tempat dimana terdapat
banyak sekali orang bergerombol yang seakan menunggu sesuatu, tapi entah kami
kurang tahu apa yang sedang mereka tunggu. Kamipun mendekati sekerumunan orang
tersebut dan bertanya : “Permisi mas, kami sudah berjalan selama 2 jam, dan dimana kawah ijennya ya? Mas sedang apa
disini?”, ternyata jawabannya mengejutkan, dataran yang terlihat aneh tersebut
adalah kaldera yang masih tertutup oleh kabut malam, langsung setelah itu kami
mendekati sebuah pagar batasan bagi para pendaki Gunung Ijen, disana saya
mendapati sebuah plakat instruksi yang bertuliskan:
“Visitors are prohibited going down on crater dangerous”
Yang dimana, maksud tulisan itu adalah bahwa
pengunjung/pendaki dilarang turun mendekati kawah dikarenakan bahaya, melihat
terdapat tulisan tersebut saya mengurungkan niat saya untuk turun kebawah,
mengingat saya juga berada di tanah orang dan harus mentaati segala peraturan
disana, toh itupun demi kebaikan, safety
first.
Menunggu Kawah Ijen Nampak |
Setelah
menunggu sambil duduk-duduk manis, akhirnya sang fajar menampakkan sisi
rupawannya, sinarnya yang menerangi setiap sudut kawah menambah sahdu suasana
saat itu dan berlahan-lahan kaldera dengan suasana birunya memperlihatkan
keelokannya, Subhanaallah indah sekali, saya seperti terhanyut dalam suasana
romantika ijen bersama teman-teman saya.
Panorama Kawah Ijen |
Setelah
menikmati segala panorama kawah ijen, tak lupa juga saya dan teman-teman
mengabadikan momen yang sungguh menakjubkan tersebut.
Mengabadikan Momen di Gunung Ijen |
Tidak
terlalu lama kami diatas puncak, karena semakin lama bau belerang akan semakin
menyengat dan tentu itu tidak baik untuk pernafasan, dan akhirnya kami turun
dari puncak tepat pukul 07.00 WIB, tanggal 02 mei 2015.
Selama
perjalanan turun, tak habis panorama yang Gunung Ijen suguhkan kepada kami
serombongan. Kini hamparan pegunungan, hutan rimbun dan daun-daun bertebaranpun
ikut serta dalam perjalanan turun kami, Subhanallah.
Panorama di Gunung Ijen |
Selain
itu saat perjalanan turung dari Gunung, saya melihat beberapa bapak-bapak
penambang belerang, beliau-beliau itu ramah sekali, tak mau kehilangan
kesempatan berharga sayapun sedikit bertanya-tanya dengan salah satu bapak
penambang belerang tersebut, kata beliau bahwa biasanya beliau naik-turun
gunung biasanya 2-3 kali kali sehari dengan memikul beban sekitar 70 kg sampai
90 kg. Saya tidak bisa membayangkan betapa capeknya bapak tersebut, saya saja
yang naik turun 1 kali tanpa membawa apapun sudah capek gak karuan apalagi
dengan bapak tersebut, Subhanallah semangat pak!!!, semoga segala perjuangan yang
bapak lakukan barokah dunia akhirat, aamiin. Setelah bertanya ke bapak
penambang belerang tersebut, sayapun berpamitan dan melanjutkan perjalanan
turun kembali. Tak terasa sudah 2 jam perjalanan, akhirnya saya dan rombongan
sayapun sampai di tenda, waktu itu menunjukkan sudah agak siang yaitu jam 09.00
WIB, kamipun bersih-bersih badan. Setelah itu, kami beristirahat sekitar 2 jam
sambil tiduran, supaya nanti tidak ngantuk saat perjalanan. Setelah
beristirahat, kami langsung mengemasi barang-barang kami dan tak lupa memunguti
sampah kami dan sampah yang berada di sekitar kami. Alam seindah itu sangat
sayang jika kita rusak dan kita kotori, jadi buanglah sampah ditempatnya, dan
juga bawalah sampah anda ketika turun.
Well,
tak terasa, perjalanan saya dan teman-teman saya di Banyuwangi selesai, saat
pulang kami lewat jalur yang sama seperti saat berangkat, kamipun sampai di
Surabaya pada pukul 24.00 WIB, kenapa lama sekali perjalanannya? Karena saat
pulang kami sering sekali berhenti untuk beristirahat, kalau dipaksa tetap
jalan dengan keadaan yang tidak memungkinkan, ditakutkan terjadi apa-apa yang
tidak diingin.
Istirahat Sebelum Pulang ke Surabaya |
Terima
kasih Ijen, terima kasih teman-temanku, bersamamu aku mengerti tentang arti
persahabatan dan pengalahan ego. Bagaimana Catatan Perjalanan Pendakian ke Gunung / Kawah Ijen Banyuwangi kalian?
0 komentar: